Osilator
Armstrong
Osilator Armstrong
seperti diperlihatkan pada gambar 17.7 merupakan hasil penerapan osilator LC.
Rangkaian dasar dibuat dengan memberikan panjar maju pada sambungan
emitor-basis dan panjar mundur pada kolektor. Pemberian panjar dilakukan
lewat resistor 3 R . Resistor 1 R dan 2 R berlaku sebagaipembagi
tegangan. Saat awal transistor diberi daya, resistor 1 R dan 2 R membawa
transistor ke titik pengoperasian Q pada bagian tengah garis beban (lihat gambar
17.7-b). Keluaran transistor (pada kolektor) secara ideal adalah 0 volt.
Saat terjadi hantaran arus awal pada saat dihidupkan, terjadi darau
(noise) yang akan terlihat pada kolektor. Namun biasanya berharga sangat kecil.
Misalnya kita mempunyai isyarat -1 mV yang nampak pada kolektor.
Transformator T1 akan membalik tegangan ini dan menurunkannya dengan
faktor 10 (nisbah primer-sekunder 1:10). Isyarat sebesar +0,1 mV akan
nampak pada C1 pada rangkaian basis. Perhatikan bahwa transistor memiliki
β= 100. Dengan +0,1 mV berada pada basis, 1 Q akan memberikan isyarat
keluaran sebesar -10 mV pada kolektor. Perubahan polaritas dari + ke –
pada keluaran akibat adanya karakteristik dasar penguat emitor-bersama.
Tegangan keluaran sekali lagi akan mengalami penurunan oleh transformator dan
diberikan pada basis 1 Q . Isyarat kolektor sebesar -10 mV sekarang akan
menyebabkan terjadinya tegangan sebesar + 1 mV pada basis. Melalui
penguatan transistor, tegangan kolektor akan segera menjadi -100 mV.
Proses ini akan berlangsung, menghasilkan tegangan kolektor sebesar -1 V
dan akhirnya -10 V. Pada titik ini, transistor akan membawa garis beban
sampai mencapai kejenuhan (perhatikan daeran ini pada garis beban).
Sampai pada titik ini tegangan kolektor tidak akan berubah. Dengan tanpa
adanya perubahan pada C V pada kumparan primer 1 T , tegangan pada
kumparan sekunder secepatnya akan menjadi nol. Tegangan basis secapatnya
akan kembali pada titik Q. Penurunan tegangan basis ke arah negatif ini
(dari jenuh ke titik Q) membawa C V ke arah positif. Melalui
transformator, ini akan nampak sebagai tegangan ke arah positif pada basis.
Proses ini akan berlangsung melewati titik Q sampai berhenti pada saat
titik cutoff dicapai. Transformator selanjutnya akan berhenti memberikan
masukan tegangan ke basis. Transistor segera akan berbalik arah. 1
R dan 2R menyebabkan tegangan basis naik lagi ke titik Q. Proses ini akan
terus berulang: 1Q akan sampai di titik jenuh – kembali ke titik Q – ke cutoff -
kembali ke titik Q. Dengan demikian tegangan AC akan terjadi pada
kumparan sekunder dari transformator.Frekuensi osilator Armstrong ditentukan
oleh nilai 1 C dan S (nilai induktasi diri kumparan sekunder) dengan mengikuti
persamaan frekuensi resonansi untuk LC.
Perhatikan 1 C dan S
membentuk rangkaian tangki dengan mengikutkan sambungan emitor-basis dari 1 Q
dan 1 R . Keluaran dari osilator Armstrong seperti pada gambar 17.7
dapat diubah dengan mengatur harga 3 R . Penguatan akan mencapai harga
tertinggi dengan memasang 3 R pada harga optimum. Namun pemasangan 3 R yang
terlalu tinggi akan mengakibatkan terjadinya distorsi, misalnya keluaran akan
berupa gelombang kotak karena isyarat keluaran terpotong.
contoh-contoh Osilator dan pengertianya
contoh-contoh Osilator dan pengertianya
Osilator
Armstrong
Osilator Armstrong merupakan hasil penerapan osilator LC.
Rangkaian dasar dibuat dengan memberikan panjar maju pada sambungan
emitor-basis dan panjar mundur pada kolektor. Pemberian panjar dilakukan
lewat resistor 3 R . Resistor 1 R dan 2 R berlaku sebagaipembagi
tegangan. Saat awal transistor diberi daya, resistor 1 R dan 2 R membawa
transistor ke titik pengoperasian Q pada bagian tengah garis beban (lihat gambar
17.7-b). Keluaran transistor (pada kolektor) secara ideal adalah 0 volt.
Saat terjadi hantaran arus awal pada saat dihidupkan, terjadi darau
(noise) yang akan terlihat pada kolektor. Namun biasanya berharga sangat kecil.
Misalnya kita mempunyai isyarat -1 mV yang nampak pada kolektor.
Transformator T1 akan membalik tegangan ini dan menurunkannya dengan
faktor 10 (nisbah primer-sekunder 1:10). Isyarat sebesar +0,1 mV akan
nampak pada C1 pada rangkaian basis. Perhatikan bahwa transistor memiliki
β= 100. Dengan +0,1 mV berada pada basis, 1 Q akan memberikan isyarat
keluaran sebesar -10 mV pada kolektor. Perubahan polaritas dari + ke –
pada keluaran akibat adanya karakteristik dasar penguat emitor-bersama.
Tegangan keluaran sekali lagi akan mengalami penurunan oleh transformator dan
diberikan pada basis 1 Q . Isyarat kolektor sebesar -10 mV sekarang akan
menyebabkan terjadinya tegangan sebesar + 1 mV pada basis. Melalui
penguatan transistor, tegangan kolektor akan segera menjadi -100 mV.
Proses ini akan berlangsung, menghasilkan tegangan kolektor sebesar -1 V
dan akhirnya -10 V. Pada titik ini, transistor akan membawa garis beban
sampai mencapai kejenuhan (perhatikan daeran ini pada garis beban).
Sampai pada titik ini tegangan kolektor tidak akan berubah. Dengan tanpa
adanya perubahan pada C V pada kumparan primer 1 T , tegangan pada
kumparan sekunder secepatnya akan menjadi nol. Tegangan basis secapatnya
akan kembali pada titik Q. Penurunan tegangan basis ke arah negatif ini
(dari jenuh ke titik Q) membawa C V ke arah positif. Melalui
transformator, ini akan nampak sebagai tegangan ke arah positif pada basis.
Proses ini akan berlangsung melewati titik Q sampai berhenti pada saat
titik cutoff dicapai. Transformator selanjutnya akan berhenti memberikan
masukan tegangan ke basis. Transistor segera akan berbalik arah. 1
R dan 2R menyebabkan tegangan basis naik lagi ke titik Q. Proses ini akan
terus berulang: 1Q akan sampai di titik jenuh – kembali ke titik Q – ke cutoff -
kembali ke titik Q. Dengan demikian tegangan AC akan terjadi pada
kumparan sekunder dari transformator.Frekuensi osilator Armstrong ditentukan
oleh nilai 1 C dan S (nilai induktasi diri kumparan sekunder) dengan mengikuti
persamaan frekuensi resonansi untuk LC.
Perhatikan 1 C dan S
membentuk rangkaian tangki dengan mengikutkan sambungan emitor-basis dari 1 Q
dan 1 R . Keluaran dari osilator Armstrong seperti pada gambar 17.7
dapat diubah dengan mengatur harga 3 R . Penguatan akan mencapai harga
tertinggi dengan memasang 3 R pada harga optimum. Namun pemasangan 3 R yang
terlalu tinggi akan mengakibatkan terjadinya distorsi, misalnya keluaran akan
berupa gelombang kotak karena isyarat keluaran terpotong.
Osilator Hartley
Osilator Hartley banyak digunakan pada rangkaian penerima radio AM dan FM. Frekuensi
resonansi ditentukan oleh harga 1 T dan 1 C . Kapasitor 2C berfungsi
sebagai penggandeng AC ke basis 1 Q . Tegangan panjar 1 Q diberikan oleh
resistor 2 R dan 1 R . Kapasitor 4 C sebagai penggandeng variasi tegangan
kolektor dengan bagian bawah 1 T . Kumparan penarik RF ( 1 L ) menahan AC
agar tidak ke pencatu daya. 1 L juga berfungsi sebagai beban rangkaian.
1 Q adalah dari tipe n-p-n dengan konfigurasi emitor bersama. Saat daya DC diberikan
pada rangkaian, arus mengalir dari bagian negatif dari sumber lewat 1 R ke
emitor. Kolektor dan basis keduanya dihubungkan ke bagian positif dari CC V .
Ini akan memberikan panjar maju pada emitor-basis dan panjar mundur pada
kolektor. Pada awalnya E I , B I dan C I mengalir lewat 1 Q . Dengan C I
mengalir lewat 1 L , tegangan kolektor mengalami penurunan. Tegangan ke
arah negatif ini diberikan pada bagian bawah 1 T oleh kapasitor 4 C . Ini
mengakibatkan arus mengalir pada kumparan bawah. Elektromagnet akan
membesar di sekitar kumparan.
Ini akan memotong
kumparan bagian atas dan memberikan tegangan positif mengisi kapasitor 1 C .
Tegangan ini juga diberikan pada 1 Q melalui 2 C . 1 Q akhirnya sampai
pada titik jenuh dan mengakibatkan tidak terjadinya perubahan pada C V .
Medan di bagian bawah 1 T akan dengan cepat habis dan mengakibatkan
terjadinya perubahan polaritas tegangan pada bagian atas. Keping 1 C
bagian atas sekarang menjadi negatif sedangkan bagian bawah menjadi positif.
Muatan 1 C yang telah
terakumulasi akan mulai dilucuti melalui 1 T melalui proses rangkaian tangki.
Tegangan negatif pada bagian atas 1 C menyebabkan 1 Q berubah ke negatif menuju
cutoff. Selanjutnya ini akan mengakibatkan C V membesar dengan cepat.
Tegangan ke arah positif kemudian ditransfer ke bagian bawah 1 T oleh 4C
, memberikan balikan. Tegangan ini akan tertambahkan pada tegangan 1 C .
Perubahan pada C V beraNgsur-angsur berhenti, dan tidak ada tegangan yang dibalikkan
melalui 4 C . 1 C telah sepenuhnya terlucuti. Medan magnet di
bagian bawah 1 L kemudian menghilang. 1 C kemudian termuati lagi, dengan
bagian bawah berpolaritas positif dan bagian atas negatif. 1 Q kemudian
berkonduksi lagi. Proses ini akan berulang terus. Rangkaian tangki
menghasilkan gelombang kontinu dimana hilangnya
isi tangki dipenuhi
lagi melalui balikan. Sifat khusus osilator Hartley adalah adanya tapped
coil. Sejumlah variasi rangkaian dimungkinkan. Kumparan mungkin
dapat dipasang seri dengan kolektor. Variasi ini biasa disebut sebagai
osilator Series-fed Hartley. Rangkaian seperti pada gambar 17.8 termasuk
osilator Shunt-fed Hartley.
No comments:
Write komentar