Penebangan hutan secara ilegal (illegal
logging) sebenarnya persoalan klasik bagi masyarakat Indonesia. Setiap hari,
kegiatan tersebut marak dilakukan di sejumlah kawasan hutan dengan diketahui
petugas instansi berwenang, aparat dan masyarakat setempat. Meskipun
berkali-kali diberitakan bahwa penertiban terus diupayakan, namun penebangan
dan perusakan hutan semakin merajalela.
Di kabupaten Ketapang misalnya, sasaran penebangan liar adalah Taman Nasional Gunung Palung. Sasaran penebangan adalah pohon-pohon dengan jenis Kayu Ramin, Meranti, Klansau, Mabang, Bedaru, dan jenis Kayu Tengkawang yang termasuk jenis kayu dilindungi. Setiap hari jumlah truk yang mengangkut kayu ini ke wilayah Malaysia sekitar 50 –60 truk. Menurut Sekjen “Silva Indonesia”, pengangkutan ini berlangsung siang dan malam dihadapan mata aparat instansi berwenang tanpa ada pemungutan dana reboisasi dan pajak lainnya “.
Di kabupaten Ketapang misalnya, sasaran penebangan liar adalah Taman Nasional Gunung Palung. Sasaran penebangan adalah pohon-pohon dengan jenis Kayu Ramin, Meranti, Klansau, Mabang, Bedaru, dan jenis Kayu Tengkawang yang termasuk jenis kayu dilindungi. Setiap hari jumlah truk yang mengangkut kayu ini ke wilayah Malaysia sekitar 50 –60 truk. Menurut Sekjen “Silva Indonesia”, pengangkutan ini berlangsung siang dan malam dihadapan mata aparat instansi berwenang tanpa ada pemungutan dana reboisasi dan pajak lainnya “.
Kebakaran Hutan dan Kabut Asap
di Sumatera
Tahun
2015 adalah kebakaran hutan terbesar yang dialami Indonesia. Bencana yang
terjadi api hingga membakar 2,61 juta hektar hutan dan lahan menyebabkan kabut asap
di Sumatra terutama daerah Riau dan Palembang. Kabut asap ini menjadi bencana
besar karena sangat berefek buruk pada kesehatan. Kabut asap pekat yang
mengakibatkan 24 orang meninggal serta 600 ribu jiwa menderita infeksi saluran
pernapasan akut (ISPA).
Gempa Alor
Gempa bumi berkekuatan 6,2 Skala Richter mengguncang Alor, Nusa Tenggara Timur,
pada 4 November 2015. Tiga hari kemudian, dua gempa susulan terjadi,
masing-masing 4,1 SR dan 3,4 SR. Akibat gempa tersebut korban tiga orang
luka-luka, 5.439 jiwa mengungsi, 579 rumah rusak berat, 382 rumah rusak sedang,
1.114 rumah rusak ringan, dan 47 fasilitas umum rusak (CNN Indonesia)
Gempa Halmahera
20 November 2015 terjadi gempa berturut turut 5,1 skala richter di di Halmahera
Barat Maluku Utara. Setidaknya sudah tercatat 276 rumah rusak ringan, 53 rumah
rusak sedang, dan 21 rumah rusak berat. Gempa menyebabkan jalan raya retak
sepanjang 500 meter dan juga merusak sejumlah fasilitas pemerintah.
No comments:
Write komentar