SEJARAH KETUPAT DI BULAN IDUL FITRI
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan YME
karena berkat limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyusun
makalah ini tepat waktu. Makalah ini berjudul “Sejarah Ketupat”.
Dalam penyusunan makalah ini, saya banyak mendapat tantangan dan hambatan,
akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi.
Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini, semoga bantuannya
mendapat balasan yang setimpal dari Tuhan YME.
Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari
penulisan, bentuk penyusunan penulisan maupun pemilihan materinya. Kritik dan
saran sangat saya harapkan untuk penyempurnaan makalah ini.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita
sekalian.
DAFTAR ISI
Kata pengantar...........................................................................................................
Daftar isi................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................
A. Latar belakang masalah....................................................................................
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................
1. Sejarah Ketupat ................................................................................................
2. Macam Jenis Ketupat .......................................................................................
3. Makna Ketupat .................................................................................................
BAB III PENUTUP............................................................................................
A. Kesimpulan.......................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................
Bab I Pendahuluan
Lebaran ketupat merupakan salah
satu hasil akulturasi kebudayaan Indonesia dengan Islam. Lebaran ketupat atau
yang dikenal dengan istilah lain syawalan sudah menjadi tradisi masyarakat
Jawa, Lebaran ketupat disemua daerah yang melaksanakannya, pelaksanaannya sama
yaitu pada hari ketujuh setelah Hari Raya Idul Fitri. Lebaran ketupat hanya bisa
dijumpai di masyarakat Indonesia dengan tujuan pelaksanaannya sama seperti
tujuan berhari Raya Idul Fitri, yaitu saling mema’afkan dan bersilaturahim.
Istilah saling mema’afkan ini di kalangan masyarakat Indonesia lebih terkenal
dengan sebutan “Halal Bihalal”.
Tradisi lebaran ketupat yang
diselenggarakan pada hari ke tujuh bulan syawal juga merupakan tradisi khas
Indonesia yang biasa disebut sebagai “hari raya kecil” setelah melakukan puasa
syawal selama 6 hari atau puasa kecil dibandingkan dengan Idul Fitri
yang didahului puasa Ramadhan selama 1 bulan. Sesuai dengan sunnah nabi,
setelah memperingati Idul Fitri, umat Islam disunnahkan puasa selama 6 hari,
yang bagi umat Islam di Indonesia kemudian diperingati sebagai Lebaran Ketupat
atau Syawalan.
Bab II Pembahasan
1.
Sejarah
Ketupat
Dalam sejarah, Sunan
Kalijaga adalah orang yang pertama kali memperkenalkannya pada masyarakat Jawa.
Beliau membudayakan dua kali Bakda, yaitu Bakda Lebaran dan Bakda Kupat. Bakda
Kupat dimulai seminggu sesudah Lebaran. Pada hari yang disebut Bakda Kupat
tersebut, di tanah Jawa waktu itu hampir setiap rumah terlihat menganyam
ketupat dari daun kelapa muda. Setelah sudah selesai dimasak, kupat tersebut
diantarkan ke kerabat yang lebih tua, menjadi sebuah lambang kebersamaan.
Ketupat sendiri menurut
para ahli memiliki beberapa arti, diantaranya adalah mencerminkan berbagai
macam kesalahan manusia, dilihat dari rumitnya anyaman bungkus ketupat. Yang
kedua, mencerminkan kebersihan dan kesucian hati setelah mohon ampun dari segala
kesalahan, dilihat dari warna putih ketupat jika dibelah dua. Yang ketiga
mencerminkan kesempurnaan, jika dilihat dari bentuk ketupat. Semua itu
dihubungkan dengan kemenangan umat Muslim setelah sebulan lamanya berpuasa dan
akhirnya menginjak hari yang fitri.
2.
Macam
Jenis Ketupat
Ketupat atau Kupat adalah
hidangan khas Asia Tenggara yang dibuat dari beras. Beras ini dimasukkan ke
dalam anyaman daun kelapa dan dikukus sehingga matang. Ketupat paling banyak
ditemui sekitar waktu Lebaran, ketika umat Islam merayakan berakhirnya bulan puasa. Ketupat juga sering dihidangkan dengan sate. Bila dihidangkan dengan
tahu dan gulai menjadi kupat tahu. Selain di Indonesia, ketupat juga dijumpai
di Malaysia, Singapura dan sebagainya.
Di antara beberapa
kalangan di Jawa, ketupat sering digantung di atas pintu masuk rumah sebagai
semacam jimat. Di Bali ketupat sering pula dipersembahkan sebagai sesajian
upacara.
1. Ketupek Katan Kapau
Katupek katan yang khas
Kapau, yaitu ketupat ketan berukuran kecil yang dimasak dalam santan berbumbu.
Ketupat ketan adalah versi rebus dari lemang. Santannya menjadi sampai kental
sekali dan merasuk ke dalam ketupat. Ketupat kentan ini bisa dimakan sebagai dessert,
tetapi juga bisa dimakan dengan lauk pedas, misalnya gulai itik cabe hijau atau
rendang.
2. Ketupat Glabed
Ada lagi sajian rakyat
lain di Tegal yang sangat populer, yaitu Kupat Glabed. Kali ini bukan ketupat
dari desa Glabed. Kupat glabed adalah ketupat yang dimakan dengan kuah kuning
kental. Glabed sendiri sebenarnya berasal dari ucapan orang Tegal bila
mengekspresikan kuah yang kental ini. Glabed-glabed!
Ketupatnya
dipotong-potong, dibubuhi tempe goreng, dan disiram dengan kuah glabed.
Tambahkan sambal bila ingin citarasa pedas. Topping-nya adalah kerupuk mi yang
terbuat dari tepung singkong dan taburan bawang goreng. Sebagai lauknya, Kupat
Glabed selalu didampingi dengan sate ayam atau sate kerang.
3. Ketupat Betawi
(Bebanci)
Masakan paling khas dan
unik yang dimiliki masyarakat Betawi adalah ketupat bebanci. Saat ini nggak ada
orang yang jual ketupat bebanci. Padahal sangat unik dan enak.
Sesuai dengan namanya,
ketupat bebanci adalah masakan dengan unsur utama ketupat. Ketupat ini disantap
dengan kuah santan berisi daging sapi dan diberi aneka bumbu seperti kemiri,
bawang merah, bawang putih, cabai, dan rempah-rempah.
4. Ketupat Blegong
(tegal)
Kupat Blengong (Kupat
Glabed dengan daging Blengong, Blengong=Keturunan hasil perkawinan Bebek dan Angsa)
5. Ketupat Bongko (tegal)
Kupat Bongko adalah
Ketupat dengan sayur tempe yang telah diasamkan.
6. Ketupat cabuk rambak
(solo).
Cabuk rambak adalah
ketupat nasi yang diiris tipis-tipis, dan disiram dengan sedikit sambal wijen
(dicampur kemiri dan kelapa parut yang terlebih dulu digongseng). Ada yang
menyukai sambal yang sangat pedas, ada yang menyukai rasa sambal yang gurih.
Rasa sambalnya memang sangat khas. Hidangan ini disajikan dengan kerupuk nasi
yang disebut karak.
7 .Ketupat/lontong Sayur
Lontong Sayur. Biasanya
Lontong sayur itu artinya santan kental yang gurih, tapi kalo mau sehat (baca:
engga mau makan santan) dikasih soun, telur rebus dan ditaburi bawang goreng.
3.
Makna Ketupat
Ketupat sebagai karya budaya dikaitkan dengan suatu hasil dengan beraneka macam bentuk. Sedang ketupat sebagai ungkapan budaya adalah merupakan simbol yang di dalamnya terkandung manka dan pesan tentang kebaikan. Sebagai ungkapan budaya, ketupat antara lain memberikan makna dan pesan:
Ketupat terdiri dari beras/nasi yang dibungkus daun kelapa muda dan janur (bahasa Jawa). Beras/nasi adalah simbol nafsu dunia. Sedangkan Janur yang dalam budaya Jawa Jarwa dhosok adalah “Jatining nur” (sejatinya nur), yaitu hati nurani. Jadi ketupat dimaksudkan sebagai lambang nafsu dan hati nurani, yang artinya agar nafsu dunia dapat ditutupi oleh hati nurani.
Pesan yang terkandung di dalamnya adalah agar seseorang dapat mengendalikan diri, yaitu menutupi nafsu-nafsunya dengan hati nurani (dilambangkan nasi bungkus dengan janur). Sebagaimana disadari bahwa di dalam diri manusia terdapat nafsu-nafsu buruk yang dapat mempermainkan manusia itu sendiri.
Di samping itu Tuhan memberikan kepada manusia hati nurani, yaitu suara hati nurani/suara kecil yang memberikan kepada manusia peringatan-peringatan apabila akan melakukan hal-hal yang menyimpang dari garis keutamaan. Oleh karena itu hati nurani merupakan kunci kewaspadaan manusia terhadap perilakunya sehari-hari di dunia ini, hati nurani sebagai alat kendali nafsu-nafsu manusia.
Dalam hubungan ini apabila manusia tidak dapat mengendalikan nafsu-nafsu dunianya, maka seseorang akan menampakkan sifat ego dan tindak yang dilakukannya mencerminkan nafsu angkara. Ini berarti cahaya Tuhan berkurang di dalam menyinari hati manusia. Seharusnya seseorang mampu memerangi nafsu angkaranya sehingga tercapai pengendalian diri yang serasi.
Demikian makna yang terkandung dalam ketupat, yaitu memberikan pesan agar seseorang mampu mengendalikan diri dari nafsu-nafsu buruknya.
2. Ketupat yang dalam bahasa Sunda juga disebut kupat, dimaksudkan agar seseorang jangan suka ngupat, yaitu membicarakan hal-hal buruk pada orang lain karena akan membangkitkan amarah.
Dengan lambang ketupat ini dipesankan agar seseorang dapat menghindarkan diri dari tindak ngupat tersebut.
3. Ketupat, kupat dalam budaya Jawa sebagai “Jarwa dhosok” juga berarti “ngaku lepat”. Dalam hal ini terkandung pesan agar seseorang segera mengakui kesalahannya apabila berbuat salah.
Tindakan “ngaku lepat” ini telah menjadi kebiasaan atau tradisi pada tanggal satu Syawal, yaitu setelah melaksanakan ibadah puasa dengan menyediakan hidangan ketupat berikut lauk pauknya di rumah-rumah, sehingga disebut dengan ketupat lebaran. Semua ini sebagai simbol pengakuan dosa baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa maupun terhadap sesama manusia.
4. Seiring dengan makna di atas dan erat sekali hubungannya dengan tanggal satu syawal, kupat adalah “jarwo dhosok” dari “laku papat” (empat tindakan). Budaya menyediakan hindangan ketupat pada tanggal satu syawal terkandung pesan agar seseorang melakukan tindakan yang empat tersebut, yaitu: lebaran, luberan, leburan dan laburan.
Ketupat sebagai karya budaya dikaitkan dengan suatu hasil dengan beraneka macam bentuk. Sedang ketupat sebagai ungkapan budaya adalah merupakan simbol yang di dalamnya terkandung manka dan pesan tentang kebaikan. Sebagai ungkapan budaya, ketupat antara lain memberikan makna dan pesan:
Ketupat terdiri dari beras/nasi yang dibungkus daun kelapa muda dan janur (bahasa Jawa). Beras/nasi adalah simbol nafsu dunia. Sedangkan Janur yang dalam budaya Jawa Jarwa dhosok adalah “Jatining nur” (sejatinya nur), yaitu hati nurani. Jadi ketupat dimaksudkan sebagai lambang nafsu dan hati nurani, yang artinya agar nafsu dunia dapat ditutupi oleh hati nurani.
Pesan yang terkandung di dalamnya adalah agar seseorang dapat mengendalikan diri, yaitu menutupi nafsu-nafsunya dengan hati nurani (dilambangkan nasi bungkus dengan janur). Sebagaimana disadari bahwa di dalam diri manusia terdapat nafsu-nafsu buruk yang dapat mempermainkan manusia itu sendiri.
Di samping itu Tuhan memberikan kepada manusia hati nurani, yaitu suara hati nurani/suara kecil yang memberikan kepada manusia peringatan-peringatan apabila akan melakukan hal-hal yang menyimpang dari garis keutamaan. Oleh karena itu hati nurani merupakan kunci kewaspadaan manusia terhadap perilakunya sehari-hari di dunia ini, hati nurani sebagai alat kendali nafsu-nafsu manusia.
Dalam hubungan ini apabila manusia tidak dapat mengendalikan nafsu-nafsu dunianya, maka seseorang akan menampakkan sifat ego dan tindak yang dilakukannya mencerminkan nafsu angkara. Ini berarti cahaya Tuhan berkurang di dalam menyinari hati manusia. Seharusnya seseorang mampu memerangi nafsu angkaranya sehingga tercapai pengendalian diri yang serasi.
Demikian makna yang terkandung dalam ketupat, yaitu memberikan pesan agar seseorang mampu mengendalikan diri dari nafsu-nafsu buruknya.
2. Ketupat yang dalam bahasa Sunda juga disebut kupat, dimaksudkan agar seseorang jangan suka ngupat, yaitu membicarakan hal-hal buruk pada orang lain karena akan membangkitkan amarah.
Dengan lambang ketupat ini dipesankan agar seseorang dapat menghindarkan diri dari tindak ngupat tersebut.
3. Ketupat, kupat dalam budaya Jawa sebagai “Jarwa dhosok” juga berarti “ngaku lepat”. Dalam hal ini terkandung pesan agar seseorang segera mengakui kesalahannya apabila berbuat salah.
Tindakan “ngaku lepat” ini telah menjadi kebiasaan atau tradisi pada tanggal satu Syawal, yaitu setelah melaksanakan ibadah puasa dengan menyediakan hidangan ketupat berikut lauk pauknya di rumah-rumah, sehingga disebut dengan ketupat lebaran. Semua ini sebagai simbol pengakuan dosa baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa maupun terhadap sesama manusia.
4. Seiring dengan makna di atas dan erat sekali hubungannya dengan tanggal satu syawal, kupat adalah “jarwo dhosok” dari “laku papat” (empat tindakan). Budaya menyediakan hindangan ketupat pada tanggal satu syawal terkandung pesan agar seseorang melakukan tindakan yang empat tersebut, yaitu: lebaran, luberan, leburan dan laburan.
Bab III Penutup
Kesimpulan
Dari uraian yang
sangat terbatas tentang ketupat tersebut dapat diketahui sekaligus memberikan
gambaran bahwa perlu adanya pengembangan lebih lanjut tentang ketupat, baik
sebagai karya budaya yang dapat menghasilkan sesuatu yang memiliki nilai seni,
maupun sebagai ungkapan budaya yang merupakan simbol yang memiliki makna dan
pesan baik.
Daftar Pustaka
http://alfancandras2301.blogspot.co.id/2016/06/tugas-makalah-tentang-hari-raya-besar.html
(dibuka 22 Agustus 2017)
http://uun-halimah.blogspot.co.id/2007/12/ketupat-sebagai-karya-dan-ungkapan.html
(dibuka 22 Agustus 2017)
http://you-ezine.presspublisher.us/issue/julai-ogos-2013/article/asal-usul-ketupat
(dibuka 22 agustus 2017)
https://cssmora.org/makna-tradisi-lebaran-ketupat/
(dibuka 22 agustus 2017)
No comments:
Write komentar