Kasus Pembunuhan Munir
Aktivis pejuang Hak Asasi Manusia (HAM), Munir, berandil besar
dalam perjuangan menegakkan keadilan dan kemanusiaan di tengah otoriterisme
pemerintah Indonesia. Dalam berbagai aksi, Munir menjadi pioner sekaligus
inspirasi bagi kaum tertindas untuk merebut keadilan dan demokrasi yang pro
rakyat.
Komik “Mereka Bunuh Munir” mengisahkan kronologi pembunuhan sang
aktivis HAM ini. Tanggal 6 September 2004 , Munir diantar oleh rombongan
keluarga ke bandara Soekarno-Hatta, kemudian lepas landas menuju Amsterdam
untuk melanjutkan studi.
Keberangkatan yang juga menjadi awal petaka kematian Munir
tersebut dihiasi oleh kejadian-kejadian janggal di bandara. Menjelang Munir
check in, kamera cctv mati dan tidak ada adegan yang bisa digambar. Anehnya,
kamera cctv mati waktu itu mencapai 58 dari 60 kamera dan lainya sengaja
dimatikan atau rekaman sengaja dihapus.
Beberapa waktu sebelum keberangkatan Munir, Pollycarpus
berkali-kali menelpon ke rumah apa Munir jadi berangkat naik Garuda? Dan ketika
saya bilang jadi berangkat kemudian ia diam. Ujar Suciwati, Istri Mendiang
Munir.
Kecurigaan semakin terendus ketika pemimpin Kontras ini (Komisi
untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan setelah berpisah dengan
rombongan, bertemu dengan seorang pilot yang berjabat tangan dan mengenalkan
diri.
Setelah take off, penerbangan Garuda GA-974 meluncur ke udara
menuju Amsterdam. Ditengah perjalanan seorang pramugari menawarkan sajian
kepada Munir. Dia memesan mie goreng dan jus jeruk. Tak lama kemudian pesawat
transit di Bandara Changi, Singapura.
Seorang penumpang dengan pesawat yang sama, Ibu Drupadi mengatakan,
ketika itu wajah munir sangat pucat. Itu kira-kira jam setengah dua belas
malam. Sesungguhnya saya mau mendekat, tapi Munir sedang berbicara dengan dua orang
penumpang yang mau ke Amsterdam.
Pasca transit,
pesawat kembali mengudara. Munir yang awalnya duduk di kelas bisnis kembali ke
kelas ekonomi. Dia mulai mutah dan berkali-kali keluar masuk toilet.
Seorang
pramugari melaporkan pada kapten pesawat bahwa ada penumpang yang sedang
kesakitan. Lalu kapten menanyakan apakah ada penumpang yang bisa bantu. Dan
akhirnya ada seseorang yang mengaku dokter, memeriksa kondisi Munir
dan menyuntikkan injeksi untuk menyembuhkannya. 3 jam sebelum Amsterdam, Munir
menghembuskan nafas terakhirnya di dalam pesawat.
Kematian
Munir terasa memilukan, tim Investigasi menduga karena adanya zat
arsenik logam berat yang berada diatas tingkat kewajaran dan mematikan di dalam
tubuh Munir. Kemungkinan racun dibubuhkan melalui makanan dan minuman yang
diberikan kepada Munir. Ditambah lagi, racun arsenik itu akan tambah
makin parah kalau diberi injeksi dokter.
Komik tanpa
nomer halaman ini adalah karya seni yang unggul. Menggabungkan keterampilan
menggambar, cerita dan memiliki pesan dari gambar dan cerita tersebut. Komik
ini tidak hanya berkisah tentang Munir tapi bertutur tentang bagaimana nasib
seorang pejuang HAM yang selalu saja dihadang oleh kekuasaan yang impunitas
No comments:
Write komentar