PENGERTIAN
Kata berimbuhan adalah kata yang telah mengalami
proses pengimbuhan. Imbuhan (afiks) adalah morfem terikat yang digunakan dalam
bentuk dasar untuk membentuk suatu kata. Hasil dari proses pengimbuhan ini yang
disebut kata berimbuhan.
BENTUK-BENTUK
IMBUHAN
1.
Awalan
(Prefiks)
Contoh: me(N)- ; ber- ;
di- ; ter- ; pe(N)- ; per- ; se- ; ke-
2.
Sisipan
(Infiks)
Contoh: -el- ; -em- ;
-er- ; -in-
3.
Akhiran
(Sufiks)
Contoh: -kan ; -an ; -i
; -nya
4.
Konfiks
Imbuhan yang berupa
awalan dan akhiran yang digunakan sekaligus.
Contoh: ke-an ; per-an
; pe(N)-an ; me(N)-kan ; ber-an ; se-nya
Di samping itu, dikenal pula imbuhan yang diserap
dari bahasa asing, yaitu: -i ; -man ; -wan ; -wati ; -iyah ; - is ; -sasi ;
-isme
FUNGSI
IMBUHAN
Pemakaian imbuhan dapat mengubah kelas kata. Kata
benda misalnya, setelah diberi imbuhan bisa menjadi kata kerja, kata sifat,
atau kata lainnya.
Contoh:
batu (benda) -> membatu (sifat)
indah (sifat) -> seindah-indahnya (keterangan)
mandi (kerja) -> pemandian (benda)
Fungsi
imbuhan:
I.
Membentuk
kata benda
pe(N)- ; ke- ; -isme ;
-wan ; -wati ; -sasi ; -tas ; per-an ; ke-an ; pe(N)-an ; pe- ; pe-an ; -an ;
per-
Contoh: penyapu,
pelaut, pertapa, ketua, nasionalisme, wartawan, organisasi, fakultas, perairan,
lautan, kelautan, dll.
II.
Membentuk
kata kerja
me(N)- ; ber- ; per- ;
ter- ; di- ; -kan ; -i ; me(N)-kan ; me(N)-i ; ber-an ; ter-kan ; di-kan ; di-i
Contoh: melaut,
berlayar, perbudak, terlihat, diminum, bawakan, lempari, mengertingkan,
menaiki, bertebaran, termanfaatkan, dilayari, dll.
III.
Membentuk
kata sifat
-i ; -wi ; -iyah ; -is
Contoh: insani,
duniawi, alamiah, humoris, dll.
IV.
Membentuk
kata keterangan
se-nya ; -nya ; -an
Contoh: sepertinya,
habis-habisan, seindah-indahnya, dll.
V.
Membentuk
kata bilangan
se- ; ke-
Contoh: sebelas,
seratus, kedua, kelima, dll.
PENGGUNAAN
IMBUHAN
Awalan
me(N)-
Pemakaian imbuhan ini bervariasi: mem- ; men- ;
meny- ; meng- ; menge-
Contoh: melapor, menyanyi, menghibur, mengecat, mencari,
menangis, menyapu, dll
Perubahan bentuk me(N)- dipengaruhi oleh fonem awal
dari setiap kata dasar yang diikutinya.
VARIASI me(N)-
|
FONEM AWAL
|
CONTOH
|
mem-
|
/b/
/f/
/p/
/v/
|
membaca
memfitnah
memukul
memvonis
|
men-
|
/c/
/d/
/j/
/t/
|
mencoret
mendorong
menjual
menulis
|
meny-
|
/s/
|
menyapu
|
meng-
|
/a/
/e/
/i/
/o/
/u/
/g/
/h/
/k/
|
mengambil
mengembun
mengisap
mengoles
mengubah
menggunting
menghafal
mengubur
|
menge-
|
kata dasar yang dibetuk oleh satu suku
kata
|
mengecat
mengebom
|
me-
|
/l/
/m/
/n/
/r/
/w/
|
melambai
memuai
menilai
merusak
mewarnai
|
Dari contoh di atas,
ada yang fonem awalnya luluh dan ada yang tidak. Fonem awal suatu kata akan
luluh bila diberi imbuhan me(N)- dan fonem awalnya berupa /k/ /t/ /s/ /p/.
Contoh:
· me
+ kejar -> mengejar
· me
+ sapu -> menyapu
· me
+ tulis -> menulis
· me
+ pukul -> memukul
Makna awalan me(N)-:
· Melakukan
perbuatan atau tindakan
Contoh: mengambil,
mengejar, menulis, dll.
· Melakukan
perbuatan dengan alat
Contoh: menyapu,
menggunting, mencangkul, dll.
· Menjadi
atau dalam keadaan
Contoh: mengeras,
mencair, membesar, dll.
· Membuat
kesan
Contoh: mengalah,
membisu, mematung, dll.
· Menuju
ke
Contoh: melaut, menepi,
mendarat, dll.
· Mencari
Contoh: merumput,
merotan, mendamar, dll.
Awalan ber-
Pemakaian awalan ber-
memiliki kaidah sebagai berikut:
Apabila
kata dasar berhuruf awalan /r/ dan beberapa kata dasar yang suku kata
pertamanya berakhir huruf /er/, bentuk awalan berubah menjadi be-
Contoh:
· ber
+ rambut -> berambut
· ber
+ kerja -> bekerja
· Apabila
bertemu kata dasar ajar, berubah menjadi bel- (belajar).
· Apabila
diikuti kata dasar selain yang disebutkan di atas, ber- tetap tanpa perubahan.
Contoh:
· ber
+ balik -> berbalik
· ber
+ tebar -> bertebar
Makna awalan ber-: Memunyai
Contoh: berkumis,
berambut, berbulu, dll.
· Memakai,
menggunakan, atau mengendarai
Contoh: berkuda,
berkacamata, bermotor, dll.
· Mengeluarkan
Contoh: beranak,
bertelur, berkata, berkeringat, bernapas, dll.
· Menyatakan
sikap mental
Contoh: berbahagia,
bersedih, berhati-hati, bersuka cita, dll.
· Dalam
jumlah
Contoh: berdua,
bertiga, berempat, dll.
A. Pengertian Kata Penghubung
Kata penghubung disebut juga konjungsi atau kata sambung, yang berarti kata tugas yang menghubungkan dua satuan bahasa yang sederajat: kata dengan kata, frasa dengan frasa, atau klausa dengan klausa (Hasan Alwi, dkk., 2003: 296). Dalam pengertian lainnya, konjungsi adalah kategori yang berfungsi untuk meluaskan satuan yang lain dalam konstruksi hipotaktis, dan selalu menghubungkan dua satuan lain atau lebih dalam konstruksi (Harimurti, 2007: 102).
Kata penghubung disebut juga konjungsi atau kata sambung, yang berarti kata tugas yang menghubungkan dua satuan bahasa yang sederajat: kata dengan kata, frasa dengan frasa, atau klausa dengan klausa (Hasan Alwi, dkk., 2003: 296). Dalam pengertian lainnya, konjungsi adalah kategori yang berfungsi untuk meluaskan satuan yang lain dalam konstruksi hipotaktis, dan selalu menghubungkan dua satuan lain atau lebih dalam konstruksi (Harimurti, 2007: 102).
B. Jenis-jenis Kata Penghubung
Dilihat dari fungsinya dapat dibedakan dua macam kata penghubung sebagai berikut:
(1) Kata penghubung yang menghubungkan kata, klausa, atau kalimat yang kedudukannya setara. Kata penghubung ini dibedakan lagi menjadi kata penghubung yang:
(a) menggabungkan biasa, yaitu dan, dengan, serta.
(b) menggabungkan memilih, yaitu atau.
(c) menggabungkan mempertentangkan, yaitu tetapi, namun, sedangkan, sebaliknya.
(d) menggabungkan membetulkan, yaitu melainkan, hanya.
(e) menggabungkan menegaskan, yaitu bahwa, malah, lagipuula, apalagi, jangankan.
(f) menggabungkan membatasi, yaitu kecuali, hanya.
(g) menggabungkan mengurutkan, yaitu lalu, kemudian, selanjutnya.
(h) menggabungkan menyamakan, yaitu yaitu, yakni, adalah, bahwa, ialah.
(i) menggabungkan menyimpulkan, yaitu jadi, karena itu, oleh sebab itu.
(2) Kata penghubung yang menghubungkan klausa dengan klausa yang kedudukannya bertingkat. Kata penghubung ini dibedakan lagi menjadi kata penghubung yang menggabungkan:
(a) menyatakan sebab, yaitu sebab, karena.
(b) menyatakan syarat, yaitu kalau, jikalau, jika, bila, apabila, asal.
(c) menyatakan tujuan, yaitu agar, supaya.
(d) menyatakan waktu, yaitu ketika, sewaktu, sebelum, sesudah, tatkala.
(e) menyatakan akibat, yaitu sampai, hingga, sehingga.
(f) menyatakan sasaran, yaitu untuk, guna.
(g) menyatakan perbandingan, yaitu seperti, laksana, sebagai.
(h) menyatakan tempat, yaitu tempat.
Jika dilihat dari kedudukannya konjungsi dibagi dua, yaitu konjungsi koordinatif dan konjungsi subordinatif.
Dilihat dari fungsinya dapat dibedakan dua macam kata penghubung sebagai berikut:
(1) Kata penghubung yang menghubungkan kata, klausa, atau kalimat yang kedudukannya setara. Kata penghubung ini dibedakan lagi menjadi kata penghubung yang:
(a) menggabungkan biasa, yaitu dan, dengan, serta.
(b) menggabungkan memilih, yaitu atau.
(c) menggabungkan mempertentangkan, yaitu tetapi, namun, sedangkan, sebaliknya.
(d) menggabungkan membetulkan, yaitu melainkan, hanya.
(e) menggabungkan menegaskan, yaitu bahwa, malah, lagipuula, apalagi, jangankan.
(f) menggabungkan membatasi, yaitu kecuali, hanya.
(g) menggabungkan mengurutkan, yaitu lalu, kemudian, selanjutnya.
(h) menggabungkan menyamakan, yaitu yaitu, yakni, adalah, bahwa, ialah.
(i) menggabungkan menyimpulkan, yaitu jadi, karena itu, oleh sebab itu.
(2) Kata penghubung yang menghubungkan klausa dengan klausa yang kedudukannya bertingkat. Kata penghubung ini dibedakan lagi menjadi kata penghubung yang menggabungkan:
(a) menyatakan sebab, yaitu sebab, karena.
(b) menyatakan syarat, yaitu kalau, jikalau, jika, bila, apabila, asal.
(c) menyatakan tujuan, yaitu agar, supaya.
(d) menyatakan waktu, yaitu ketika, sewaktu, sebelum, sesudah, tatkala.
(e) menyatakan akibat, yaitu sampai, hingga, sehingga.
(f) menyatakan sasaran, yaitu untuk, guna.
(g) menyatakan perbandingan, yaitu seperti, laksana, sebagai.
(h) menyatakan tempat, yaitu tempat.
Jika dilihat dari kedudukannya konjungsi dibagi dua, yaitu konjungsi koordinatif dan konjungsi subordinatif.
1. Konjungsi Koordinatif
Konjungsi koordinatif adalah konjungsi yang menghubungkan dua unsur kalimat atau lebih yang kedudukannya sederajat atau setara (Abdul Chaer, 2008: 98). Contoh:
dan penanda hubungan penambahan
serta penanda hubungan pendampingan
atau penanda hubungan pemilihan
tetapi penanda hubungan perlawanan
melainkan penanda hubungan perlawanan
padahal penanda hubungan pertentangan
sedangkan penanda hubungan pertentangan
Konjungsi koordinatif agak berbeda dengan konjungsi lain, karena selain menghubungkan klausa juga menghubungkan kata. Seperti contoh berikut:
(a) Dia menangis dan istrinya pun tersedu-sedu.
(b) Aku yang datang ke rumahmu atau kamu yang datang ke rumahku?
(c) Dia terus saja berbicara, tetapi istrinya hanya terdiam saja.
(d) Andi pura-pura tidak tahu, padahal tahu banyak.
(e) Ibu sedang mencuci baju, sedangkan Ayah membaca Koran.
Konjungsi koordinatif adalah konjungsi yang menghubungkan dua unsur kalimat atau lebih yang kedudukannya sederajat atau setara (Abdul Chaer, 2008: 98). Contoh:
dan penanda hubungan penambahan
serta penanda hubungan pendampingan
atau penanda hubungan pemilihan
tetapi penanda hubungan perlawanan
melainkan penanda hubungan perlawanan
padahal penanda hubungan pertentangan
sedangkan penanda hubungan pertentangan
Konjungsi koordinatif agak berbeda dengan konjungsi lain, karena selain menghubungkan klausa juga menghubungkan kata. Seperti contoh berikut:
(a) Dia menangis dan istrinya pun tersedu-sedu.
(b) Aku yang datang ke rumahmu atau kamu yang datang ke rumahku?
(c) Dia terus saja berbicara, tetapi istrinya hanya terdiam saja.
(d) Andi pura-pura tidak tahu, padahal tahu banyak.
(e) Ibu sedang mencuci baju, sedangkan Ayah membaca Koran.
2. Konjungsi Subordinatif
Konjungsi subordinatif adalah konjungsi yang menghubungkan dua unsur kalimat (kalusa) yang kedudukannya tidak sederajat (Abdul Chaer, 2008: 100). Konjungsi subordinatif dibagi menjadi tiga belas kelompok sebagai berikut:
1. Konjungsi suordinatif waktu: sejak, semenjak, sedari, sewaktu, tatkala, ketika, sementara, begitu, seraya, selagi, selama, serta, sambil, demi, setelah, sesudah, sebelum sehabis, selesai, seusai, hingga, sampai.
2. Konjungsi subordinatif syarat: jika, kalau, jikalau, asal(kan), bila, manakala.
3. Konjungsi subordinatif pengandaian: andaikan, seandainya, umpamanya, sekiranya.
4. Konjungsi subordinatif tujuan: agar, supaya, biar.
5. Konjungsi subordinatif konsesif: biar(pun), walau(pun), sekalipun, sungguhpun, kendati(pun).
6. Konjungsi subordinatif pembandingan: seakan-akan, seolah-olah, sebagaimana, seperti, sebagai, laksana, ibarat, daripada, alih-alih.
7. Konjungsi subordinatif sebab: sebab, karena, oleh karena, oleh sebab.
8. Konjungsi subordinatif hasil: sehingga, sampai(sampai), maka(nya).
9. Konjungsi subordinatif alat: dengan, tanpa.
10. Konjungsi subordinatif cara: dengan, tanpa.
11. Konjungsi subordinatif komplementasi: bahwa
12. Konjungsi suboerdinatif atributif: yang
13. Konjungsi subordinatif perbandingan: sama …. dengan, lebih …. dari(pada)
Konjungsi subordinatif adalah konjungsi yang menghubungkan dua unsur kalimat (kalusa) yang kedudukannya tidak sederajat (Abdul Chaer, 2008: 100). Konjungsi subordinatif dibagi menjadi tiga belas kelompok sebagai berikut:
1. Konjungsi suordinatif waktu: sejak, semenjak, sedari, sewaktu, tatkala, ketika, sementara, begitu, seraya, selagi, selama, serta, sambil, demi, setelah, sesudah, sebelum sehabis, selesai, seusai, hingga, sampai.
2. Konjungsi subordinatif syarat: jika, kalau, jikalau, asal(kan), bila, manakala.
3. Konjungsi subordinatif pengandaian: andaikan, seandainya, umpamanya, sekiranya.
4. Konjungsi subordinatif tujuan: agar, supaya, biar.
5. Konjungsi subordinatif konsesif: biar(pun), walau(pun), sekalipun, sungguhpun, kendati(pun).
6. Konjungsi subordinatif pembandingan: seakan-akan, seolah-olah, sebagaimana, seperti, sebagai, laksana, ibarat, daripada, alih-alih.
7. Konjungsi subordinatif sebab: sebab, karena, oleh karena, oleh sebab.
8. Konjungsi subordinatif hasil: sehingga, sampai(sampai), maka(nya).
9. Konjungsi subordinatif alat: dengan, tanpa.
10. Konjungsi subordinatif cara: dengan, tanpa.
11. Konjungsi subordinatif komplementasi: bahwa
12. Konjungsi suboerdinatif atributif: yang
13. Konjungsi subordinatif perbandingan: sama …. dengan, lebih …. dari(pada)
Frasa
Frasa adalah gabungan dua
kata atau lebih yang bersifat non-predikatif maksudnya di antara kedua kata itu
tidak ada yang berkedudukan sebagai predikat dan hanya memiliki satu makna
gramatikal.
Contoh:
Nenekku
Di pohon
Ciri-ciri Frasa
Frasa memiliki beberapa ciri yang
dapat diketahui, yaitu :
Terbentuk atas dua kata atau
lebih dalam pembentukannya.
Menduduki fungsi gramatikal dalam
kalimat.
Mengandung satu kesatuan makna
gramatikal.
Bersifat non-predikatif.
Jenis-jenis Frasa
Frasa berdasarkan jenis/kelas
kata
Frasa Nomina
Frasa Nomina adalah kelompok kata
benda yang dibentuk dengan memperluas sebuah kata benda. Frasa nominal dapat
dibedakan lagi menjadi 3 jenis yaitu :
Frasa Nomina Modifikatif
(mewatasi), misal : rumah mungil, hari senin, buku dua
buah, bulan pertama, dll.
Frasa Nomina Koordinatif (tidak
saling menerangkan), misal : hak dan kewajiban, sandang pangan,
', lahir bathin, dll.
Frasa Nomina Apositif
Contoh frasa nominal
apositif :
a). Jakarta, Ibukota Negara
Indonesia, sudah berumur 485 tahun.
b). Melati, jenis tanaman
perdu, sudah menjadi simbol bangsa Indonesia sejak lama.
c). Banjarmasin,Kota Seribu
Sungai, memiliki banyak sajian kuliner yang enak.njadi tempat
Frasa Verbal
Frasa Verbal adalah kelompok kata
yang terbentuk dari kata kata kerja. Kelompok kata ini terbagi menjadi 3 macam,
yaitu :
Frasa Verbal Modifikatif
(pewatas), terdiri atas pewatas belakang, misal : a). Ia bekerja
keras sepanjang hari. b). Kami membaca buku itu sekali lagi.
Pewatas depan, misal : a). Kami yakin mendapatkan pekerjaan itu.
b). Mereka pasti membuat karya yang lebih baik lagi pada tahun
mendatang.
Frasa Verbal Koordinatif adalah
2 verba yang digabungkan menjadi satu dengan adanya penambahan kata hubung
'dan' atau 'atau', Contoh kalimat : a). Orang itumerusak dan
menghancurkan tempat tinggalnya sendiri. b). Kita pergi ke toko buku
atau ke perpustakaan.
Frasa Verbal Apositif yaitu
sebagai keterangan yang ditambahkan atau diselipkan. Contoh kalimat : a).
Pekerjaan Orang itu, berdagang kain, kini semakin maju. b).
jorong, tempat tinggalku dulu, kini menjadi daerah pertambangan batubara.
Frasa Ajektifa
Frasa ajektifa ialah kelompok
kata yang dibentuk oleh kata sifat atau keadaan sebagai inti (diterangkan)
dengan menambahkan kata lain yang berfungsi menerangkan,
seperti : agak, dapat, harus, lebih, paling dan
'sangat. Kelompok kata ini terdiri dari 3 jenis, yaitu :
Frasa Adjektifa
Modifikatif (membatasi), misal : cantik sekali, indah
nian, hebat benar, dll.
Frasa Adjektifa
Koordinatif (menggabungkan), misal : tegap kekar, aman
tentram, makmur dan sejahtera, dll
Frasa Adjektifa Apositif,
misal :
a). Srikandi cantik, ayu
menawan, diperistri oleh Arjuna.
b). Desa Jorong, tempat
tinggalku dulu, kini menjadi daerah pertambangan batubara.
Frasa Apositif bersifat
memberikan keterangan tambahan. Frasa Srikandi cantik dan Desa
Jorong merupakan unsur utama kalimat, sedangkan frasa ayu menawan,
dantempat tinggalku dulu, merupakan keterangan tambahan.
Frasa Adverbial
Frasa Adverbial ialah kelompok
kata yang dibentuk dengan keterangan kata sifat. Frasa ini bersifat modifikasi
(mewatasi), misal : sangat baik kata baik merupakan
inti dan kata sangat merupakan pewatas. Frasa yang bersifat
modifikasi ini contohnya ialah agak besar, kurang pandai, hampir
baik, begitu kuat, pandai sekali, lebih kuat, dengan
bangga, dengan gelisah. Frasa Adverbial yang bersifat koordinatif (yang
tidak menerangkan), contoh frasanya ialah lebih
kurang kata lebih tidak
menerangkan kurang dankurang tidak menerangkan lebih.
Frasa Pronominal
Frasa Pronominal ialah frasa yang
dibentuk dengan kata ganti, frasa ini terdiri atas 3 jenis yaitu :
Modifikatif, misal kalian
semua, anda semua, mereka semua, mereka itu, mereka berdua.
Koordinatif, misal engkau
dan aku, kami dan mereka, saya dan dia.
Apositif, misal :
a). Kami, putra-putri
Indonesia, menyatakan perang melawan narkotika.
Frasa Numeralia
Frasa Numeralia ialah kelompok
kata yang dibentuk dengan kata bilangan. Frasa ini terdiri atas :
Modifikatif, contoh : a).
Mereka memotong dua puluh ekor sapi kurban. b). Kami
membeli setengah lusin buku tulis.
Koordinatif, contoh :
a). Entah dua atau tiga sapi yang telah dikurbankan. b). Dua
atau tiga orang telah menyetujui kesepakatan itu.
Frasa Interogativ
Koordinatif ialah frasa yang berintikan pada kata tanya. contoh : a).
Jawaban dari apa atau siapa ciri dari subjek kalimat. b).
Jawaban dari mengapa ataubagaimana merupakan pertanda dari
jawaban predikat.
Frasa Demonstrativ
Koordinatif ialah frasa yang dibentuk oleh dua kata yang tidak saling
menerangkan. contoh : a). Saya tinggal di sana atau di sini sama
saja. b). Kami pergi kemari atau kesana tidak ada masalah.
Frasa Preposisional
Koordinatif ialah frasa yang dibentuk oleh kata depan yang tidak saling
menerangkan. contoh : a). Petualangan kami dari dan ke
Jawa memerlukan waktu satu bulan. b). Perpustakaan ini dari, oleh,
dan untuk masyarakat umum.
Frasa berdasarkan fungsi unsur pembentuknya
Berdasarkan fungsi dari unsur
pembentuknya frasa terdiri dari beberapa macam, yaitu :
Frasa Endosentris yaitu
frasa yang unsur-unsurnya berfungsi untuk diterangkan dan menerangkan (DM) atau
menerangkan dan diterangkan (MD). contoh frasa : kuda
hitam (DM), dua orang (MD).
Ada beberapa jenis frasa
endosentris, yaitu :
Frasa atributif yaitu frasa
yang pola pembentuknya menggunakan pola DM atau MD. contoh : Ibu
kandung (DM), tiga ekor (MD).
Frasa apositif yaitu frasa
yang salah satu unsurnya (pola menerangkan) dapat menggantikan kedudukan unsur
intinya (pola diterangkan). contoh : Alip si penari ular sangat
cantik., kata Alip posisinya sebagai diterangkan (D), sedangkan si
penari ular sebagai menerangkan (M).
Frasa koordinatif yaitu
frasa yang unsur-unsur pembentuknya menduduki fungsi inti (setara).
contoh : ayah ibu, warta berita, dll.
Frasa eksosentris yaitu
frasa yang salah satu unsur pembentuknya menggunakan kata tugas.
contoh : dari Bandung, kepada teman, di kelurahan, dll.
Frasa Berdasarkan satuan makna yang dikandung/dimiliki unsur-unsur
pembentuknya
Untuk kategori frasa berdasarkan
satuan makna yang dikandung atau yang dimiliki unsur-unsur pembentuknya dapat
dibagi menjadi beberapa frasa, yaitu :
Frasa biasa yaitu frasa yang
hasil pembentukannya memiliki makna yang sebenarnya (denotasi). contoh
kalimat : a) Ayah membeli kambing hitam; b) Meja hijau itu
milik ayah.
Frasa idiomatik yaitu frasa
yang hasil pembentukannya menimbulkan/memiliki makna baru atau makna yang bukan
sebenarnya (konotasi). contoh kalimat : Orang tua Lintang baru
kembali dari Jakarta.
Rujukan
Rujukan adalah
sesuatu yang digunakan pemberi informasi (pembicara) untuk menyokong atau
memperkuat pernyataan dengan tegas.[1] Dikenal
juga dengan sebutan referensi.
Rujukan mungkin menggunakan faktual ataupun non faktual. Rujukan faktual terdiri atas kesaksian, statistik contoh, dan obyek aktual. Rujukan dapat
berwujud dalam bentuk bukti, nilai-nilai, dan/ atau kredibilitas. Sumber materi rujukan adalah tempat materi
tersebut ditemukan.
Jenis-jenis
rujukan
Materi-materi rujukan faktual dan rujukan non faktual mungkin
muncul dalam tiga bentuk:
1.
Bukti seperti
contoh-contoh, statistik, dan kesaksian.
3.
Kredibilitas pemberi
informasi (pembicara). Contohnya: seorang pemberi informasi mungkin merujuk
pada pengalamannya sendiri untuk menyakinkan pemirsanya bahwa ia adalah orang
yang cakap.
No comments:
Write komentar